Posted by UNDER CONSTRUCTION
Tuesday, December 27, 2011
Bank dunia akan membeli satu hektar hutan Indonesia, dengan harga US10. Jika kurs sekarang RP9300, 1 hektar dihargai Rp93.000 per tahun.
Cukup murah memang. Tapi nanti dulu, jangan terburu-buru berprasangka. Hutan kita memang akan dibeli oleh dunia. Namun, bukan diambil kayunya, atau dieksploitasi tanahnya untuk perkebunan sawit. Hanya Oksigen. Ya, dunia akan membeli oksigen yang dihasilkan oleh pohon kita. Program ini akan dimulai 2012.
“Efek global warming, membuat dunia ketakutan, dunia internasinal akan memberikan kompenasasi bagi negara yang masih memiliki hutan,” kata Rachmat Witoelar. Lelaki ini kebetulan saat ini menjadi Menteri Lingkungan Hidup. Setiap kali saya bertemu dengannya, bahaya global warming selalu keluar dari kata-katanya.
Ya, perubahan iklim di dunia memang dahsyat. Banjir dimana-mana, kekeringan merajalela, badai salju, badai topan, siap memporakkan apa saja. Ini semua akibat dari global warming. iklim berubah drastis.
Konon, banyak faktor yang menyebabkan cuaca semakin kejam. Efek rumah kaca, industri yang sering kali tak ramah, kebakaran hutan, perusakan lingkungan dan banyak faktor lain.
“Semoga, perubahan global tak secepat yang saya bayangkan,” desah Rachmat. Matanya menerawang.
Saya begidik ngeri, jika membayangkan.
Akibat global warming ini, dunia semakin panas, salju mencair dimana-mana, hujan dan badai sudah tak bisa diprediksi. Kapan kemarau, kapan penghujan, sudah tak ada dalam buku diktat IPA anak-anak SD. Semuanya serba kacau. Jika salju mencair, imbasnya, air laut akan naik. Daratan, akan habis terkikis oleh gerusan ombak.
Konon, di Bangladesh, puluhan juta warga diungsikan dari bibir pantai. Ini karena air laut semakin naik ke daratan. Mereka sudah siap, dengan bahaya yang akan segera mengancam. Menyelamatkan warga satu-satunya pilihan untuk mempertahankan negeri mereka dari kehancuran akibat alam.
Kita, di negeri tercinta ini, justru kebalikannya. Kita ramai-ramai melakukan reklamasi pantai. Kita bangun dengan pabrik-pabrik, atau perumahan elit. Tak ada ketakutan sama sekali. Itulah hebatnya Indonesia.
Kembali ke soal hutan. Negara-negara maju memang membutuhkan Indonesia. Luas hutan Indonesia, tercatat 37 juta hektar. Terbesar ketiga di seluruh dunia. Karena hutan yang mampu menyelamatkan dunia dari perubahan iklim, Dunia berharap banyak dengan Indonesia. Mereka lantas membayar Indonesia untuk kelestarian ini.
37 juta hektar, dikali US10 sama dengan US370 juta per tahun. Cukupkan? Tentu saja tidak. Indonesia harusnya memiliki posisi tawar yang jauh lebih tinggi dibanding Rp93.000 per hektar per tahun.
Sangat percuma jika ketika Indonesia mengelus-elus hutan, polisi berjaga-jaga sejengkal demi jengkal hutan hutan kita, tapi hanya dihargai Rp93.000. per tahun pula. Padahal, (bagi pembalak hutan liar) setiap satu hektar bisa menghasilkan ratusan ribu dolar dari kayu, kebun kelapa sawit atau jarak. Pelaku illegal logging tentunya lebih semangat membabat hutan, dibanding menjaga hutan yang harganya tak seberapa itu??
Bukankah permintaan akan biofuel terus meningkat?
Sedangkan dunia industri, di negara maju, mereka tetep saja membangun gedung-gedung pecakar langit berlapis kaca. Tak hanya itu, mereka seenaknya menghembuskan sisa produksi penyebab global warming.
Kasus ini memang rumit
0 Response to "Harga Hutan Indonesia"