JAKARTA - Badan Standardisasi Nasional (BSN) memastikan Indonesia menjadi ketua pembuat standar tempe internasional. Targetnya, pertengahan tahun depan standar tempe sudah diusulkan di Jepang untuk disepakati oleh negara-negara Asia. Selanjutnya akan diusulkan menjadi standar internasional.
Kepala BSN Bambang Setiadi mengatakan sejauh ini belum ada standar internasional untuk tempe. Untuk itu, Indonesia telah ditunjuk sebagai perumus pembuatan tempe dengan standar internasional. Sidang pembahasan standar tempe internasional akan dilakukan di Jepang pada pertengahan 2011.
Setelah disepakati oleh negara-negara Asia, standar tersebut akan diteruskan ke level internasional. “Ini keuntungan buat Indonesia,” kata Bambang di Jakarta.
Bambang mengatakan, Indonesia mendapatkan pengakuan dunia untuk membuat standar tempe pada sidang ke-34 Session of Codex Alimentarius Commission (CAC) di Jenewa, Swiss, pada 9 Juli lalu.
Tempe berhasil disahkan sebagai new work item di CAC. Indonesia juga diberi waktu empat sampai lima tahun untuk membuat standar tempe internasional. Saat ini, di Indonesia terdapat sekitar sekira 81 ribu usaha pembuatan tempe yang memproduksi 2,4 juta ton tempe per tahun.
Menurut dia, industri tempe menghasilkan sekira Rp37 triliun nilai tambah. Dari data yang dimiliki Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti), dari 2,2 juta ton per tahun kebutuhan kacang kedelai dalam negeri, hanya 600 ribu ton yang mampu dipenuhi oleh petani kedelai lokal.
Sementara 1,6 juta ton lainnya mesti diimpor dari Amerika Serikat. Dari 1,6 Juta ton itu, sekira 80 persen diolah menjadi tempe dan tahu, sementara 20 persen lainnya untuk penganan lain seperti susu kedelai. (bernadette lilia nova) (Koran SI/Koran SI/wdi), http://okezone.com/
Kepala BSN Bambang Setiadi mengatakan sejauh ini belum ada standar internasional untuk tempe. Untuk itu, Indonesia telah ditunjuk sebagai perumus pembuatan tempe dengan standar internasional. Sidang pembahasan standar tempe internasional akan dilakukan di Jepang pada pertengahan 2011.
Setelah disepakati oleh negara-negara Asia, standar tersebut akan diteruskan ke level internasional. “Ini keuntungan buat Indonesia,” kata Bambang di Jakarta.
Bambang mengatakan, Indonesia mendapatkan pengakuan dunia untuk membuat standar tempe pada sidang ke-34 Session of Codex Alimentarius Commission (CAC) di Jenewa, Swiss, pada 9 Juli lalu.
Tempe berhasil disahkan sebagai new work item di CAC. Indonesia juga diberi waktu empat sampai lima tahun untuk membuat standar tempe internasional. Saat ini, di Indonesia terdapat sekitar sekira 81 ribu usaha pembuatan tempe yang memproduksi 2,4 juta ton tempe per tahun.
Menurut dia, industri tempe menghasilkan sekira Rp37 triliun nilai tambah. Dari data yang dimiliki Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti), dari 2,2 juta ton per tahun kebutuhan kacang kedelai dalam negeri, hanya 600 ribu ton yang mampu dipenuhi oleh petani kedelai lokal.
Sementara 1,6 juta ton lainnya mesti diimpor dari Amerika Serikat. Dari 1,6 Juta ton itu, sekira 80 persen diolah menjadi tempe dan tahu, sementara 20 persen lainnya untuk penganan lain seperti susu kedelai. (bernadette lilia nova) (Koran SI/Koran SI/wdi), http://okezone.com/
0 Response to "Tempe Mendunia"